MEGAKALTIM.COM - Update terbaru dari Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP).
Sebelumnya, lembaga itu merilis daftar tokoh global yang termasuk dalam kasus kejahatan dan korupsi.
Dalam daftar itu, ada pula memasukkan nama Presiden ke- 7 Republik Indonesia (RI), Joko Widodo.
Teranyar, OCCRP justru menyebut bahwa mereka sama sekali tak memiliki bukti akan korupsi yang dilakukan Joko Widodo.
Pihak mereka klarifikasi bahwa penghargaan akan "kejahatan dan korupsi" itu diputuskan oleh panel juri ahli dan berbagai civitas lintas sektor.
Seperti yang telah dilakukan selama 13 tahun, penghargaan ini diputuskan oleh panel juri ahli dari masyarakat sipil, akademisi, dan jurnalisme, semuanya memiliki pengalaman luas dalam menyelidiki korupsi dan kejahatan,” ujar pernyataan OCCRP, yang dikutip dari situs resminya, Jumat 3 Januari 2025.
“OCCRP tidak memiliki kendali atas siapa yang dinominasikan, karena saran datang dari orang-orang di seluruh dunia. Ini termasuk nominasi mantan presiden Indonesia Joko Widodo, yang dikenal sebagai Jokowi,” tegas pernyataan itu.
Yang buat terheran adalah tak adanya bukti keterlibatan Jokowi dalam kasus korupsi apapun.
“OCCRP tidak memiliki bukti bahwa Jokowi terlibat dalam korupsi untuk keuntungan finansial pribadi selama masa jabatannya,” kata mereka.
Diberitakan sebelumnya, Presiden Indonesia ke-7, Joko Widodo (Jokowi), masuk sebagai salah satu pemimpin terkorup dunia pada 2024 versi Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP).
OCCRP adalah lembaga independen yang fokus pada pengungkapan kasus korupsi di seluruh dunia.
Jokowi masuk dalam daftar finalis “Person of the Year 2024 in Organized Crime and Corruption”, bersama lima pemimpin dunia lainnya.
OCCRP menetapkan mantan Presiden Suriah, Bashar Al-Assad, sebagai ‘pemenang’ penghargaan tersebut, setelah ia digulingkan oleh kelompok militan Hayat Tahrir al-Sham pada Desember 2024.
Menurut Alia Ibrahim, pendiri Daraj.com yang juga menjadi juri nominasi, Assad dianggap sebagai pemimpin paling brutal yang telah menyebabkan kerusakan luar biasa pada Suriah.
Alia menambahkan bahwa kerusakan politik, ekonomi, dan sosial yang ditinggalkan oleh Assad selama 24 tahun belakangan ini akan memerlukan waktu puluhan tahun untuk diperbaiki.
“Selain mengikuti jejak ayahnya sebagai seorang diktator, Assad menambahkan lapisan kejahatan korupsi yang luar biasa, merusak kehidupan banyak orang bahkan hingga melampaui batas negaranya,” ungkap Alia Ibrahim.