MEGAKALTIM.COM - Presiden Indonesia ke-7, Joko Widodo (Jokowi), masuk sebagai salah satu pemimpin terkorup dunia pada 2024 versi Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP).
OCCRP adalah lembaga independen yang fokus pada pengungkapan kasus korupsi di seluruh dunia.
Jokowi masuk dalam daftar finalis "Person of the Year 2024 in Organized Crime and Corruption", bersama lima pemimpin dunia lainnya.
OCCRP menetapkan mantan Presiden Suriah, Bashar Al-Assad, sebagai ‘pemenang’ penghargaan tersebut, setelah ia digulingkan oleh kelompok militan Hayat Tahrir al-Sham pada Desember 2024.
Menurut Alia Ibrahim, pendiri Daraj.com yang juga menjadi juri nominasi, Assad dianggap sebagai pemimpin paling brutal yang telah menyebabkan kerusakan luar biasa pada Suriah.
Alia menambahkan bahwa kerusakan politik, ekonomi, dan sosial yang ditinggalkan oleh Assad selama 24 tahun belakangan ini akan memerlukan waktu puluhan tahun untuk diperbaiki.
“Selain mengikuti jejak ayahnya sebagai seorang diktator, Assad menambahkan lapisan kejahatan korupsi yang luar biasa, merusak kehidupan banyak orang bahkan hingga melampaui batas negaranya," ungkap Alia Ibrahim.
Di sisi lain, Teodoro Obiang Nguema Mbasogo, Presiden Guinea Khatulistiwa, menerima penghargaan khusus, yakni 'Penghargaan Non-Prestasi Seumur Hidup' dari OCCRP.
Obiang dihargai atas gaya kepemimpinannya yang mencakup penindasan, penangkapan ilegal, dan penghilangan paksa terhadap lawan politik.
Selain itu, Obiang dituding menggelapkan sebagian besar kekayaan negara, membuat masyarakat Guinea Khatulistiwa menderita kemiskinan sementara dirinya dan kroninya justru hidup dalam kemewahan.
Anas Aremeyaw Anas, jurnalis investigasi asal Ghana sekaligus juri nominasi, mengungkapkan bahwa Obiang telah menciptakan dinasti otoriter sejak 1979 melalui penindasan dan korupsi.
“Dengan menggunakan teror, penindasan, dan korupsi, Teodoro Obiang berhasil membangun sebuah dinasti yang mengendalikan kekayaan besar sekaligus kebal terhadap hukum,” kata Anas.
“Gaya kepemimpinan diktatornya dengan cepat diadopsi oleh para pemimpin di seluruh Afrika, terutama oleh para pemimpin kudeta saat ini yang melihatnya sebagai ayah baptis, dengan ambisi serupa untuk menjadi pelopor dalam korupsi seperti dirinya,” tambah Anas.
OCCRP menilai rezim seperti Assad dan Obiang adalah contoh panjangnya kekuasaan otoriter di mana korupsi menjadi bagian tak terpisahkan dari pemerintahan.
1. Bashar al-Assad (Mantan Presiden Suriah)
2. William Ruto (Presiden Kenya)
3. Joko Widodo (Presiden Indonesia ke-7)
4. Bola Ahmed Tinubu (Presiden Nigeria)
5. Sheikh Hasina (Mantan Perdana Menteri Bangladesh)
6. Gautam Adani (Pengusaha India)
Sejak 2012, OCCRP telah mengadakan penghargaan ini, menilai pemimpin dan organisasi pemerintah di seluruh dunia.
2012: Ilham Aliyev (Presiden Azerbaijan)
2013: Parlemen Rumania
2014: Ilham Aliyev (Presiden Rusia)
2015: Milo Djukanovic (Mantan Presiden Montenegro)
2016: Nicolas Maduro (Presiden Venezuela)
2017: Rodrigo Duterte (Mantan Presiden Filipina)
2018: Bank Danske (Denmark)
2019: Joseph Muscat (Mantan Perdana Menteri Malta)
2020: Jair Bolsonaro (Mantan Presiden Brasil)
2021: Aleksandr Lukashenko (Presiden Belarusia)
2022: Yevgeny Prigozhin (Pemimpin Kelompok Tentara Bayaran Wagner)
2023: Maria Consuelo Porras (Jaksa Agung Guatemala)
2024: Bashar al-Assad (Mantan Presiden Suriah)
Penentuan tokoh-tokoh yang masuk menjadi finalis dilakukan oleh OCCRP melalui hasil voting yang melibatkan pembaca hingga jurnalis dari seluruh dunia.
Selain itu, pemilihan para tokoh sebagai kandidat finalis ini juga didasarkan pada masukan dari publik, pembaca, jurnalis, dan berbagai pihak dalam jaringan global OCCRP. (apr)